JAKARTA: Pemerintah Indonesia bersama Women’s Health and Economic Empowerment Network (WHEN) resmi meluncurkan program eliminasi kanker perempuan senilai 50 juta dolar AS melalui Technical Assistance Facility (TAF).
Program ini diluncurkan di sela Sidang Majelis Umum PBB ke-80 di New York, Amerika Serikat, dan menjadi tonggak penting dalam upaya global menghapuskan kanker leher rahim di kawasan Indo-Pasifik.
Program yang juga digagas bersama Elimination Partnership in the Indo-Pacific for Cervical Cancer (EPICC) tersebut menandai posisi Indonesia sebagai negara pertama penerima dan pelaksana program eliminasi kanker perempuan di kawasan.
TAF akan berfokus pada penguatan sistem kesehatan, pembiayaan inovatif, dan modernisasi infrastruktur layanan medis.
Menurut laporan The Lancet Oncology, inisiatif ini diharapkan menjadi model percontohan yang bisa direplikasi di negara lain. Dalam dua tahun pertama, WHEN menargetkan pembentukan model layanan kanker perempuan yang berkelanjutan dengan peningkatan deteksi dini, akses pengobatan, dan pelatihan tenaga kesehatan di tingkat daerah.
Kementerian Kesehatan RI telah lebih dahulu memprioritaskan skrining kanker serviks dan payudara, digitalisasi rekam medis, serta penguatan rantai pasok vaksinasi HPV.
Strategi ini disusun agar seluruh perempuan di Indonesia memiliki akses deteksi dini dan pengobatan yang setara.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan, peluncuran program ini bukan hanya agenda kesehatan, tetapi juga simbol komitmen Indonesia terhadap pemberdayaan perempuan dan reformasi sistem kesehatan nasional.
“Upaya ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya penerima manfaat, tetapi juga pemimpin regional yang menetapkan standar implementasi program eliminasi kanker perempuan yang sesuai dengan standar global, inklusif, dan berbasis sistem kesehatan berkelanjutan,” ujar Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Selasa, 4 November 2025.
Budi juga menekankan pentingnya dukungan lintas sektor dalam memastikan keberlanjutan program.
“Eliminasi kanker perempuan adalah investasi untuk masa depan perempuan Indonesia dan Indo-Pasifik. Kita bukan hanya menjalankan program global, tetapi membuktikan bahwa negara berkembang dapat menjadi pelopor,” tambahnya.
Selain aspek medis, program ini juga memperkuat sistem pembiayaan kesehatan dan kolaborasi teknologi digital melalui pendekatan berbasis data.
Pemerintah memastikan penggunaan data dashboard dan algoritma transparan untuk memantau kemajuan program secara real-time.
“Kami akan memastikan program ini berjalan sesuai standar global dan menjadi model bagi negara-negara Indo-Pasifik lainnya,” tutup Budi.
